Apakah
seni musik
itu sebenarnya, dan maknanya bagi kehidupan manusia? Sepanjang sejarah
banyak penyair, filusuf, penulis maupun musikus yang telah berupaya
mendefinisikannya. Ada yang menganggap musik sebagai
"bahasa para dewa", atau ada pula yang mengatakan bahwa
"musik dimulai di saat ujaran berakhir".
David Ewen mencatat sebuah definisi tentang musik yang dibuat oleh
penyusun kamus sebagai "Ilmu pengetahuan dan seni tentang kombinasi
ritmik dari nada-nada, baik vokal maupun instrumental, yang meliputi
melodi dan harmoni sebagai ekspresi dari segala sesuatu yang ingin
diungkapkan terutama aspek emosional".
Schopenhauer, filusuf Jerman di abad ke-19 mengatakan dengan singkat bahwa "Musik adalah melodi yang syairnya adalah alam semesta".
Sementara itu menarik pula untuk dicatat pendapat Dello Joio, komponis
Amerika keluaran Julliard School di New York, dan banyak bekerja sama
dengan koreografer Martha Graham, bahwa "Mengenal musik dapat memperluas
pengetahuan dan pandangan selain juga mengenal banyak hal lain di luar
musik. Pengenalan terhadap musik akan menumbuhkan rasa penghargaan akan
nilai seni, selain menyadari akan dimensi lain dari satu kenyataan yang
selam ini tersembunyi.
Berikut ini adalah pendapat Suhastjarja,
dosen senior Fakultas Kesenian Institut Seni Indonesia Yogyakarta,
lulusan peabody Institute dari Amerika, bahwa "Musik ialah ungkapan rasa
indah manusia dalam bentuk suatu konsep pemikiran yang bulan, dalam
wujud nada-nada atau bunyi lainnya yang mengandung ritme dan harmoni,
serta mempunyai suatu bentuk dalam ruang waktu yang dikenal oleh diri
sendiri dan manusia lain dalam lingkungan hidupnya, sehingga dapat
dimengerti dan dinikmatinya". Lebih lanjut Suhastjarja mengemukakan
bahwa oleh karena bentuk musik itu terbentang di ruang yang sifatnya
spasial, maka ia dapat disejajarkan dengan bentuk-bentuk dalam seni
sastra. Jika bentuk-bentuk sastra ditulis dari kiri ke kanan (kecuali
dalam bahasa-bahasa Simetik dan bahasa-bahasa Oriental), bentuk-bentuk
musik ditulis dari kiri ke kanan dan dari bawah ke atas, sehingga arah
dari kiri ke kanan menunjukkan dimensi waktu, sedangkan dari arah bawah
ke atas menunjukkan dimensi sifatnya akustik musikal. Kesejajaran dalam
kalimat musik, seperti halnya dalam kalimat bahawa, terjadi antara frase
anteseden dan frase konsekuen. Ini dapat dilihat dari tulisan musik
secara horisontal dari kiri ke kanan, sedangkan kesejajaran yang
vertikal antara dua garis melodi atau lebih yang berbunyi bersamaan,
dapat dilihat dari tulisan musik secara horizontal sekaligus vertikal.
Namun pengamatan tulisan musik secara vertikal khusus diperuntukkan bagi
keselarasan bunyi bersama atau harmoni.
Peningkatan pengertian mengenai musik
dapat dilakukan lewat peningkatan pengertian akan bentuk-bentuk musik,
karena suatu imaji tanpa bentuk merupakan bayangan yang ruwet.